Komoditas Kelapa Sawit Masih Topang Struktur Ekonomi Riau
Selasa, 21 Maret 2017 - 15:11:33 WIB
PEKANBARU-Komoditas kelapa sawit masih menjadi penopang utama struktur perekonomian Riau, meskipun dalam beberapa tahun terakhir harga komoditas tersebut menurun.
Rencana Pemerintah Provinsi Riau yang mulai mengandalkan sektor pariwisata sebagai sebagai sumber pendapatan baru, tidak bisa dilakukan dalam jangka pendek sehingga sawit yang selama ini menjadi penopang ekonomi Riau tetap harus diperhatikan.
Demikian kesimpulan yang terungkap dalam diskusi yang digelar Insan Jurnalis Riau (Injuri), pada Selasa (21/3/2017) di Premiere hotel Pekanbaru dengan tema "Mungkinkah Riau Tanpa Sawit?".
Irwan Mulawarman, Deputi Bank Indonesia Kantor Perwakilan Riau, mengatakan bahwa sulit menggeser sawit sebagai komoditas unggulan di Riau dalam jangka pendek karena masih banyak masyarakat yang menggantungkan kehidupannya di sektor tersebut.
Dia mengatakan berdasarkan kajian yang sudah dilakukan 39,31% produk domestik regional bruto (PDRB) atau struktur ekonomi Riau ditopang dari sektor pertanian termasuk didalamnya perkebunan sawit, industri pengolahan dan produk turunannya.
“Ini merupakan tugas yang berat jika ingin menggeser sawit dengan komoditas lain karena komoditas ini sudah bertahun-tahun menjadi penopang perekonomian masyarakat Riau. Namun untuk jangka panjang memang harus mulai disiapkan dari sekarang, karena Riau jangan lagi mengandalkan sumber daya alam,” ujar Irwan.
Irwan mengatakan untuk memaksimalkan potensi sawit di Riau, harus dilakukan hilirisasi. Sebab, mayoritas sawit Riau dikirim ke luar sebagai bahan mentah. Padahal, lanjut Irwan di Malaysia sudah ada 120 turunan produk sawit yang memberikan nilai tambah tinggi. Sementara di Indonesia, hilirisasi sawit baru dikembangkan sebanyak 20 produk.
Sementara itu, peniliti dari Universitas Riau, Prof Almasdi Syahza mengatakan bahwa sawit masih memiliki dampak ekonomi ganda atau multiplier effect yang besar di Riau. Hampir semua lini kehidupan masyarakat di Riau diuntungkan dengan pengembangan komoditas sawit.
“Sawit ini sudah memberikan manfaat dan kesejahteraan bagi banyak orang, tidak hanya petani. Namun sektor lain yang terkait juga merasakan manfaatnya,“ ujarnya.
Dia mengatakan berdasarkan hasil penelitian, indeks kesejahteraan masyarakat pedesaan Riau sejak 1995 hingga 2015 terus meningkat. Di level petani, lanjut Almasdi, target pendapatan masyarakat dipatok sekitar US$2000 per tahun. Namun faktanya saat ini, pendapatan petani sawit pada 2015 sudah mencapai US$4.630 sampai US$5.500 per tahun.
Adapun Akademisi dari IPB Ricky Avenzora menambahkan rencana pemerintah yang akan mengalihkan sawit dengan komoditas lain harus dikaji secara mendalam dan harus berdasarkan kajian akademis.
Menurutnya, saat ini industri sawit dalam negeri, harus dilindungi karena banyak diserang oleh isu-isu nonteknis dari luar negeri.
Beberapa isu yang digunakan pihak asing untuk menyerang industri dalam negeri diantaranya, sawit selalu dituding sebagai penyebab kebakaran lahan, kemudian sawit dituding boros air, sawit sebagai penyebab pemanasan global dan isu lainnya.
“Ada lebih dari 100 item isu yang digunakan untuk menghancurkan sawit Indonesia. Kita harus merapatkan barisan, karena isu yang keluar semua tidak sesuai fakta,” katanya.
Editor : Yusni Fatimah
Jika Anda punya informasi kejadian/peristiwa/rilis atau ingin berbagi foto?
Silakan SMS ke 0813 7176 0777
via EMAIL: redaksi@halloriau.com
(mohon dilampirkan data diri Anda) |
Komentar Anda :