PEKANBARU - Petani kepala sawit dari Koperasi Unit Desa (KUD) Mulus Rahayu, Kabupaten Siak, Provinsi Riau berhasil meremajakan 310 hektare perkebunan sawit dan menggantinya dengan menggunakan bibit unggul produktvitas tinggi mencapai 30 ton tandan buah segar (TBS) per hektare/tahun.
"Progres peremajaan sawit di Riau masih rendah. Kita pemerintah bersama swasta akan terus berupaya mendorong upaya peremajaan sawit agar lebih produktif," kata Bupati Siak, Syamsuar dalam sambutannya saat panen perdana program peremajaan sawit di Siak, Selasa (4/12/2018).
Syamsuar yang juga Gubernur Riau terpilih periode 2019-2024 itu menjelaskan saat ini cukup banyak sawit masyarakat yang tidak lagi produktif, dengan usia mencapai 25 tahun, bahkan lebih.
Namun, dia menuturkan begitu banyak faktor yang menghambat petani sawit enggan melakukan peremajaan sawit. Diantaranya adalah tingginya biaya serta kekhawatiran petani dengan tidak adanya pendapatan ketika sawit mereka belum panen.
Namun, dia menjelaskan hal itu dapat diatasi dengan program yang diselaraskan pemerintah serta dorongan dari pihak swasta, seperti yang dilakukan di KUD Mulus Rahayu. Mulus Rahayu sendiri merupakan koperasi beranggotakan lebih dari 600 orang dan menjadi petani plasma atau mitra Asian Agri sejak 1988 silam.
Kegiatan peremajaan sawit KUD Mulus Rahayu langsung didampingi oleh perusahaan perkebunan sawit swasta nasional, Asian Agri. Omri Samosir, Head of Plantation Asian Agri mengatakan peremajaan perkebunan sawit di KUD Mulus Rahayu dilakukan sejak 2016 lalu.
"Hari ini tepat 30 bulan pasca replanting. Lebih cepat dibanding menggunakan bibit biasa yang 48 bulan," ujarnya, dikutip antara.
Secara umum, dia menjelaskan program peremajaan sawit masyarakat terutama mitra Asian Agri mulai digulirkan sejak 2016 lalu. Hingga kini, total 1.500 hektare sawit masyarakat melalui pola kemitraan telah berhasil diremajakan. KUD Mulus Rahayu menjadi pionir dalam peremajaan itu dan kini mulai dapat dinikmati hasilnya oleh masyarakat.
Ia merincikan program peremajaan sawit dimulai dari 2016, dengan 310 hektare sawit berhasil diremajakan. Selanjutnya meningkat 540 hektare di tahun berikutnya dan tahun ini 500 hektare sawit plasma masyarakat siap menunggu panen pasca peremajaan yang mayoritas menggunakan bibit Topas tersebut.
Ketua KUD Mulus Rahayu, Pawito Saring tidak dapat menyembunyikan rasa bahagianya ketika perkebunan sawit yang ia kelola bersama 135 petani plasma berhasil panen perdana hari ini.
"Salah satu kekhawatiran saya adalah ketika menghadapi masa tunggu. Namun, melalui kemitraan kami didampingi cara menggali ekonomi kreatif yakni ternak ikan patin. Hingga kini penghasilan kami semua tetap terjaga," ujar pria berdarah Jawa tersebut. (*)
Jika Anda punya informasi kejadian/peristiwa/rilis atau ingin berbagi foto?
Silakan SMS ke 0813 7176 0777
via EMAIL: [email protected]
(mohon dilampirkan data diri Anda) |
Komentar Anda :