BENGKALIS - Ada satu tradisi yang baik dan sangat Islami di Bengkalis dan sekitarnya tatkala memasuki 1 Syawal dan merayakan Idul Fitri setiap tahunnya, yaitu tradisi rombongan (baraan-red).
Entah siapa yang pertama kali menggagas tradisi ini yang masih diwariskan secara turun temurun oleh masyarakat di daerah ini sampai saat ini. Bisa dikatakan, baraan ini tradisi khas merayakan Idul Fitri di Bengkalis dan sulit ditemukan di daerah lain di Indonesia dan tidak ada di Timur Tengah
Setelah sholat Idul Fitri dilaksanakan, biasanya masyarakat muslim di Bengkalis dan sekitarnya berkumpul di masjid atau musholla untuk membaca tahlil dan doa untuk dikirimkan kepada para arwah kaum muslimin dan muslimat yang telah meninggal dunia khususnya pada pendahulu dan tetua di kampung. Setelah itu dilanjutkan dengan acara kunjung-mengunjungi (baraan) rumah-rumah penduduk yang ada di kampung.
Seluruh jamaah yang ikut dalam acara baraan singgah dan menyambangi setiap rumah penduduk satu persatu untuk bersilaturahmi, menikmati juadah yang disediakan tuan rumah, pembacaan doa selamat oleh seorang imam (khalifah-red) dan ditutup dengan saling bersalaman dan saling memaafkan dengan tuan rumah. Begitulah seterusnya sampai semua rumah penduduk (jiran dan tetangga-red) yang ikut dalam kegiatan ini dikunjungi.
Di sebagian tempat yang jumlah penduduknya ramai, biasanya tradisi rombongan (baraan) ini dilaksanakan lebih dari satu hari. Tidak hanya orang-orang dewasa dan orang-orang tua saja, para pemuda dan remaja juga ada yang melaksanakan kegiatan ini pada hari-hari berikutnya. Kemudian juga disusul oleh kaum ibu-ibu juga saling mengunjungi dan saling memaafkan antara satu dan lainnya.
Tidak hanya orang-orang kampung baik kalangan dewasa (orang tua), pemuda (remaja) dan ibu-ibu saja, sebagian kantor-kantor pemerintah dan swasta, sekolah dan lembaga-lembaga lainnya juga melaksanakan kegiatan rombongan (baraan) ini dimana mereka saling mengunjungi rumah teman-teman satu kantor (satu sekolah) mereka.
Terkait dengan tradisi baraan, Ketua MUI Kabupaten Bengkalis, Amrizal MAg mengatakan, disinilah letak indahnya merayakan Idul Fitri di negeri junjungan Bengkalis dan sekitarnya yang barangkali sulit ditemukan di tempat lain.
"Inilah bagian dari potret dan dinamika Islam nusantara yang kaya akan nilai dan tradisi yang baik dan positif," ujarnya.
Meskipun tidak ada anjuran yang bersifat sepesifik dalam Al-Quran dan Hadits tentang kegiatan baraan, sambung Amrizal, tapi tradisi baraan ini sarat dengan muatan nilai-nilai Islami. Tradisi baraan menanamkan nilai-nilai silaturahmi, kasih sayang, kebersamaan, kekompakan, dan persatuan di kalangan masyarakat dari berbagai unsur dan tingkatan sehingga terjalinlah ukhuwah (persaudaraan) di antara mereka dan menjauhkan mereka dari rasa kebencian dan permusuhan antara satu dan lainnya.
"Disinilah letak kebijakan para ulama nusantara terdahulu yang memadukan antara nilai-nilai Islam dan nilai-nilai lokal dan mengemasnya menjadi satu tradisi yang indah dan bernilai tinggi serta kaya akan pesan-pesan moralitas," jelasnya.
Penulis : Zulkarnaen
Editor : Unik Susanti
Jika Anda punya informasi kejadian/peristiwa/rilis atau ingin berbagi foto?
Silakan SMS ke 0813 7176 0777
via EMAIL: redaksi@halloriau.com
(mohon dilampirkan data diri Anda) |
Komentar Anda :